Pluvios 2
Setelah mengunjungi makam Mama Jeno, mereka berdua tetap ke tujuan awal yaitu ke cafe terdekat untuk membicarakan hal yang ingin dibicarakan Jeno.Mereka masuk ke dalam cafe, memilih tempat duduk yang nyaman dan tidak terlalu banyak orang, lalu memilih menu.Banyak mata memandang mereka berdua sejak mereka memasuki cafe tersebut. Siyeon tidak heran dan malah memaklumi hal itu karena ia sekarang sedang bersama laki-laki yang parasnya sangat diidamkan oleh banyak orang.Jeno memulai pembicaraan "Yeon, lo inget waktu di rumah sakit lo nanya ke gue tentang penyebab gue kecelakaan?" tanyanyaSiyeon menganggukkan kepalanya"Lo nyebut kata hujan kan?" tanya Jeno lagiSiyeon merasa sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Jeno, dia tidak menyangka Jeno mau membicarakan hal itu dengannya. Ia tahu pasti akan dicurigai namun mau menghindar lagi pun sulit. Siyeon merutuki mulutnya yang waktu itu spontan menyebut kata itu di depan Jeno.Melihat Siyeon yang tetap diam pun Jeno menjadi tidak sabar"Kenapa lo bisa sebut hujan sebagai penyebab gue kecelakaan?" tanya Jeno"Ya nebak aja Jen" jawab SiyeonJeno mengangkat sebelah alisnya"Yakin cuma itu?" tanyanyaSiyeon mulai gelisah"Soalnya sering aku perhatikan kamu tuh selalu gelisah ketika hujan turun, bingung sendiri dan pasti keliatan gemetaran, kalau karena dingin sih nggak mungkin sampai segitunya" jelas SiyeonJeno terkejut namun menghela nafas lega"Yaudah kalau cuma itu yang lo tau, gue cuma gak suka hujan" ucap Jeno"Tuh gerimis" ucap Siyeon tiba-tiba sambil menunjuk kearah luar cafeJeno terkejut lalu reflek berdiri tapi kemudian badannya kembali duduk karena Siyeon menariknyaJeno menatap Siyeon"Pesenannya kan belum dateng sih" omel Siyeon"Kenapa sih segitu bencinya sama hujan padahal hujan itu indah, bau tanah yang kena air hujan juga enak kan" lanjutnya"Ya itu menurut lo" jawab Jeno"Jen, serius kalau boleh tau kenapa sih benci hujan?" tanya SiyeonJeno menghela nafasnya"Dibilang cuma gak suka doang kok bukan benci" jawabnya ketusKarena tempat duduk mereka dekat dengan kaca bagian depan cafe, suara gerimis itu cukup terdengar apalagi bagi Jeno seakan-akan suara gerimis itu sama kerasnya dengan suara hujan yang derasMelihat gerak-gerik yang biasa ia lihat ketika Jeno terjebak dalam hujan, Siyeon merasa ada yang terjadi antara Jeno dengan hujan hingga membuat laki-laki itu seperti ketakutan. Siyeon pikir, ayolah ini hanya gerimis kecil yang tidak akan melukai siapapun meski kulit mereka tersentuh olehnya namun laki-laki dihadapannya ini benar-benar terlihat ketakutan"Sini tangannya, kapan-kapan aku bantuin biar nggak benci lagi sama hujan" ucap Siyeon dengan senyuman di wajahnyaJeno terkejut "Hah?" Siyeon tetap meraih tangan Jeno untuk bermaksud menenangkannya, meski Siyeon menyimpan perasaan untuk Jeno tapi kali ini tidak ada niat modus atau sejenisnyaJeno ingin menolak namun hatinya berkata jangan, lagipula memang tindakan Siyeon itu ternyata dapat membantunya sedikit lebih tenangGenggaman tangan itu baru saja lepas ketika pesanan mereka datang dan tatapan dari pelayan yang mengantar seolah memaklumi dan menganggap mereka pasanganTidak dipungkiri bagi Siyeon maupun Jeno merasa pipi mereka sama-sama menghangat karena malu, bagaimana pun mereka hanya teman sekolah yang kebetulan terjebak dalam kondisi yang mengharuskan mereka berinteraksiBukan sepasang kekasih.Setelah mereka menyelesaikan sesi makan bersamaan juga gerimis sudah reda, Jeno mengantar Siyeon pulang Ketika dalam perjalanan hanya Siyeon yang masih beberapa kali mengajak bicara Jeno dan untungnya Jeno tidak ketus dalam meladeni semua ucapan Siyeon, itu membuat Siyeon legatring!Mereka mendengar dua notifikasi dari hp mereka masing-masing, Jeno mengabaikan notifikasi itu karena ia sedang menyetir sedangkan Siyeon langsung mengeceknya. Terlihat pesan dari grup kelas sedang membagikan tugas kelompok mendadak dan waktu pengumpulan adalah tiga hari lagiSiyeon menyampaikan hal itu pada Jeno dan ternyata mereka satu kelompok, kebetulan mereka sudah sampai di rumah Siyeon dan Jeno mengatakan akan membicarakan mengenai tugas sekaligus waktu mengerjakannya di chat saja kemudian laki-laki itu pamit pulang.ㅡKetika sampai di rumahnya ia segera membersihkan diri lalu bersantai di balkon kamarnyaBeberapa menit kemudian ia mendengar suara motor di depan rumah tetangganya, Gowon.Jeno langsung diam-diam melihat siapa yang datang karena sebelumnya Gowon hanya diantar jemput menggunakan mobil, kalaupun menggunakan motor maka itu dengan dirinya.Tidak pernah mengira bahwa yang mengantar Gowon saat ini ialah temannya sendiri, Renjun. Ia tetap pada posisi sembunyinya mengamati interaksi mereka berdua, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat persembunyiannya dan berhenti mengintip seperti penguntit namun ada bagian dari dalam dirinya memaksa untuk tetap disana entah apapun itu alasannya.Hingga akhirnya Renjun meninggalkan rumah Gowon dan gadis itu masuk ke dalam rumahnya, barulah Jeno bernafas legaEntahlah, Jeno juga tidak mengerti kenapa nafasnya seakan tercekat melihat dua orang tadi berinteraksi.Jeno tetap ada di balkon kamar, membaca ulang komik kesukaannya, merasa lega karena kesibukannya sebagai ketua OSIS perlahan menjauhi dirinyaSelang beberapa menit terdengar pintu terbuka dari rumah Gowon dan keluarlah wanita paruh baya yang Jeno ketahui itu Mama gadis itu Lalu Gowon masuk ke dalam kamarnya dengan raut wajah sedih kemudian menangis dalam diam dan tanpa suaraMungkin gadis itu tidak menyadari pintu balkonnya terbuka dan berhadapan dengan balkon milik Jeno yang saat ini juga pemiliknya sedang menatapnya dalam diamnya jugaJeno penasaran apa yang membuat gadis itu menangis kali ini, sejak kecil berulang kali Jeno melihat gadis itu menangis dan berulang kali juga ia menatapnya dalam diam hingga tangisan itu reda, seperti sekarangGowon menyadari keberadaan Jeno yang melihatnya menangis, gadis itu menghapus air matanya dengan segera. Jeno buru-buru menyapanya sebelum gadis itu kabur dari hadapannya"Gowon! turun dong saya mau ngobrol" ucap JenoJangan salah mengira, Jeno juga gugup sekarang apalagi yang diajak bicara tetap diam saja"Saya tunggu di depan gerbang rumah kamu ya" ucap Jeno lagi lalu ia lari keluar rumahnyaAwalnya Jeno tidak menyangka Gowon akan menuruti ucapannya tapi ia juga senang tentang hal itu meski mereka hanya duduk di teras depan gerbang rumah Gowon dan mengobrol beberapa hal itu sudah membuat Jeno bersyukur di dalam hatinyaSelama mengobrol, mata Jeno tidak pernah melewatkan satu pun gerakan yang diciptakan oleh Gowon. Beberapa kali ia ingin tertawa atau mengacak rambut gadis itu saking gemasnya, namun ia tahan karena takut Gowon risih atau menjauh darinya. Beruntungnya lagi, gerimis di cafe tadi tidak berlanjut atau datang lagi sekarangBegini saja cukup, mengobrol menghabiskan waktu dengan Gowon tanpa hujan tanpa rasa takut ataupun khawatir adalah cukup bagi JenoObrolan mereka diakhiri dengan ajakan Jeno untuk belajar bersama nanti malam dan Jeno juga berencana mengajak Gowon untuk berangkat sekolah bersamaJeno masuk ke dalam rumahnya dengan wajah sumringah lalu mendapat notifikasi chat dari Siyeon yang mengajaknya segera mengerjakan tugas kelompok, seketika raut wajahnya kembali datar"rusak suasana elah" gumamnya ㅡtbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen3h.Co