Truyen3h.Co

[✔️] Secret Admirer | MarkMina

#22. Life Adversary

talleroom

"Karena luka lah yang dapat mendewasakanmu dengan cara yang tak biasa"

Happy Reading♡

Mark

tidur naa
omg ceklis dua
cepet tidur
jangan begadang
00.00

Iyaaaaaa
lu jugaaa
00.00

Aku terbangun dari tidurku karena pesan masuk dari Mark.

Masih di depan meja belajar, setelah seharian mencoba memecahkan soal matematika.

Bu Sunyoung memang tidak memberi tugas kemarin, tapi entah kenapa otaku membutuhkan asupan sendiri untuk berlatih soal ini.

Aku membalikan layar ponsel itu, lalu meletakan benda itu di atas mejaku. Menguap lebar, dan sedikit merenggangkan badanku yag terasa kaku.

Sudah 11 dari 20 soal aku kerjakan, dan itupun aku tak tahu benar semua. Hanya saja, ingin mengerjakan.

Membuka jendela kamarku yang terbuat dari kayu dengan susah, lalu menghirup udara malam yang sangat menyegarkan.

Aku lebih sering memikirkan hal-hal tentang diriku, di tengah sunyinya malam.

Permohonanku, keinginanku, mimpiku, dan kesulitanku aku ceritakan semua kepada semesta malam. Hanya mereka, yang menjadi saksi cerita sunyiku.

"Hfftt...." Menggunakan piyama berwarna peach, aku merebahkan diriku di atas kasur yang empuk

Dengan mata yang sesekali menatap langit kamar, sesekali menatap langit malam.

Menutup kembali jendela kamarku, lalu melangkah kan kakiku mendekati meja belajar yang terdapat banyak buku terbuka lebar disana.

"Haruskah kita tidur sekarang?" gadis itu menatapi bukunya agak lama.

Seperti dia sedang menunggu jawaban para buku itu untuk pertanyaanya.

"Ahh, tapi belum ngantuk"

"Oke, kita tidur..." gadis itu merapihkan bukunya kembali ke dalam tas memasukanya sesuai dengan mata pelajaranya besok.

Aku tau besok akan sangat sibuk, dan seharusnya tidur. Tapi aku selalu terbangun setiap jam segini.

/drtt-drttt

Aku yang baru saja duduk di atas kasur untuk kembali melanjutkan mimpiku, harus berdiri kembali mengambil benda yang bergetar di atas mejaku.

dan... aku cukup tersentak kecil melihat layar ponselku itu. sangat tiba-tiba, ditengah malam. Tak biasanya dia seperti ini.

"Gue angkat ga ya?"

"Mmmm... anjirr!!" tangan gadis itu ragu gemetar untuk menekan tombol hijau di layarnya.

"O-oke.. ekhm-"

"eh?!" terlalu lama untuk mengumpulkan keberanian mengangkatnya, gadis itu merasa bersalah. tapi jantungnya tengah berdebar keras saat ini.

"TUJUH REJECT-?!" dia menutup mulutnya kaget. Pasalnya, gadis itu tak sengaja mematikan ponselnya yang berdering, karena mengantuk.

Terdapat 7 panggilan tak terjawab dari seorang Mark lee.

"Oke... ekhm, semoga bisa.."

"I-iya, gue telpon balik ni..." keringat dingin bercucuran dari dahinya. Tapi jari telunjuknya selalu berhenti di depan tombol telepon.

"Aishh!! Gausah lah-ah ngapain pake telpon balik seg-" gadis itu meletakan ponsel dengan kasar di atas kasur.

"Halo?"

"ANJIM KEPENCET!!!"

▪0▪

Berjalan di bawah teduhan pohon yang sangat dingin, di sepajang trotoar menuju sekolah.

Memikirkan kejadian semalam yang sangat tidak terkendali.

Aku tak tahu menahu akan hal itu, kata teman-teman kelas, aku adalah anak paling tak peka terhadap laki-laki. Kedua sahabatku pun berkata hal yang serupa.

/kroncong...kroncong

Aku memegang perutku lapar. Tak sempat sarapan di rumah tadi, karena Minhyuk memberitahu kalau aku sudah terlambat.

Aku menghela nafas. Mengeluarkan ponsel, dan berniat membuka chat mark yang kemarin.

/ding dong

Itu Jihoon, dia mengirim pesan kepadaku. Aku berpindah room chat dan membukanya.

bestie
udah di sekolah kahh?
06.15

udah di dalem
bentarr lagi gue ke atas
06.15

gue mau bilang ssuatu hari ini
gimana?
06.15

apanya?
06.15

kemaren ada Daniel
jadi gasempet wkwkw
06.15

oalaah okee
06.15

Kembali kepada akal pikiranku. apakah harusnya aku merasa "baper" jika ditelpon olehnya?

Tapi aku tak tahu apa itu baper. Tak harus juga untuk merasa seperti itu kan? Aku sangat payah dalam hal seperti ini.

Haruskah aku berfikir menggunakan hati? Bodoh, hati dan otakmu berbeda mina

"Good morning!"

"Iya, good morn-" aku menoleh kearah datangnya suara.

Aku reflex melempar ponsel ku karena kaget. Dengan tangan yang cepat, Mark menangkapnya.

"Why?? Looks like something you can find here..." segera aku mengambil benda itu dari tanganya. dan bertingkah kebingungan dan gelagapan.

"Apaansih, baca doang emang gaboleh?!" Aku memegang erat ponsel itu dalam pelukanku.

"Kenapa?" tanya Mark sambil memakai jas yang awalnya di gantungkan di tanganya.

Dengan gaya yang classy dan terlihat keren, sangat menggelegah.

"Ya, masih gapercaya aja gitu. Gue lagi mimpi atau ini beneran nyata" lalu kedua kaki kami sama sama berhenti.

Mark menghadap kearahku dan memasukan sebelah tanganya ke saku celana.

Ia mencubit pipiku cukup keras dan amat terasa sakit.

"Akh! Sakitt oy! Mark, lu kenapa si?!"

"Sakit kan? Berarti ini bukan mimpi"

"Gausah gitu juga, cubitan lu sakit banget tau ga?!"

"Gua pake bumbu gemes nyubit-nya.." dan aku hanya bisa mematung ditempat dengan tangan yang memegang pipiku.

Sesuai rencana, alhasil Mark pun bisa tertawa.

"Apasi... nakutin" melipat kedua tanganku, dan lanjut menempuh perjalanan.

"Udah sarapan?" Tanya Mark ternyata masih mengikutiku.

"Belum. Ga kebiasa makan nasi pagi-pagi"

"Kalo sarapan sekarang mau? Minum obatnya kapan?"

"Ga usah, gue bareng Jihoon aja. Dia juga yang biasa ngurusin masalah obat-obatan gue. Udah lo tenang aja"
Jelasku sambil berjalan beriringan denganya.

"Gak bisa gitu tugas itu gua yang ngambil alih?" Aku menoleh dan menaikan sebelah alisku

"Maksudnya apaaa, Markkk?"

"Never mind. I just want to ask you, excuse me.." sepertinya itu salah satu cara Mark untuk kabur dari topik pembicaraan ini.

Mark berjalan dengan langkah lebar dan mendahuluiku di depan sana.

.

.

.

"Kenapa gak dikelas ajaa ji?"

"Banyak orangg, males gue naa! Nanti diliat anak anak apalagi ama Daniel, males bat" jawabnya terlihat santai

"Hadehh, yaaaa yaudahh"

"Nih" Jihoon memberikan sebuah album foto dari karya kak Alexa. Ini adalah benda yang menjadi incaranku sejak dulu.

Saat itu aku di rumah sakit, dan tidak sempat untuk menghadiri grand opening dari perilisan album itu.

"ANJIRTTRT!!!"

"JIII??????" Aku menutup mulut tak percaya, melihat apa yang ada di tangan Jihoon itu sangat mengagetkanku.

"Ya ampun... Ji?? I-ini beneran???"

"Biar lu gaa kabur lagi kayak waktu itu"

"Lah? Lo tau gue kabur dari mana?"

"Abang luuu"

"Tapi-tapi ini beneran gaa siii?"

"Sumpa sumpah Park Jihoon! Ini tuh mahal banget, sayang sayang kalo lo ngasih ini ke gue"

"-mending buat lu"

"Ambil atau gue ngambek."

"Ya ampun Jiiii, aduhhh, gue mah dengan senang hati ya ngambil nya"

"Tapi ini mahal banget kocak! Bisa segampang itu lu kasih ke gue, kan engga!"

"Cepetannnn"

"Gue udah ngantri panjang buat lu loh? Gini katanya temen? Jahat ga sih lu?"

"Iy-iyaaaaa" aku sangat berterima kasih dengan Jihoon.

Disela pergantian jam pelajaran, kami para anak osis berkumpul dan sudah mulai memasang beberapa spanduk dan banner untuk persiapan festival lusa nanti.

Aula, pintu gerbang, lapangan, dan panggung nya. Beberapa titik itu sudah mulai dihiasi pita dan tali dekorasi.

"Kak Suho, itu ditanya sama Kak Heesu, box buat suratnya nanti mau ditaro dimana?"

"Simpen dulu aja di ruang osis, pas acara, taro di panggung"

"Oalah, oke" aku menyingkirkan kotak itu dan melanjutkan perihal yang lain.

Saat sedang tenang-tenangnya mendekor panggung di sisi lapangan, terdengar sebuah kaca pecah yang sangat nyaring terdengar sampai titik di tempatku berdiri.

"Apaan tuh?!" Semua pandangan kini tertuju ke arah gedung kelas 11.

Beberapa saat kemudian aku melihag Jihoon datang dengan berlari secepat yang dia bisa.

"Daniel.... Hhh hhhh, Daniel sama Mark..."

Aku langsung paham apa maksud dari yang dikatakan oleh Jihoon.
Aku menjatuhkan alat dekorasi dan mulai berlari.

"Dan dan dan, Balik plis. Tolong berhenti"

"Diem!"

"Daniel plisssss, lo gausah kayak giniii"

"Gimana gue gak kayak gini kalo ntu cewek sok tau ngejelekin lo di depan mata gue?!"

'Hyewoon?!' Aku kenal sosok perempuan yang sedang berada dibelakang Mark itu.

"-yaudahhh gapapaa, gue udah maafin dia kok! Udah ya Dan!"

"Maaf apaan si!! Lo tau apa yang keluar dari mulut dia tadi?"

"Lo!! LO dibilang pengecut dan cewek yang udah ngerebut cowo orang!!" Teriak nya dengan suara menggelegar.

"Apa lo pikir gue BISA TERIMA ada yang bilang gitu sama lo?! HEH bangsat. Pakek otak lo dong??"

"SAMPE KAPAN! lu mau ngebiarin hal ini terus terusan???! Hah?!"

"Dan lebih gak terima, pas gue tau. Kalo yang berurusan sama lo tuh mantan temen aneh lo"

"Liat, lu liat, siapa yang berkhianat sekarang."

"Lo kalo mau negor pake hormat dikit bisa?!"

"Ngapain?? Ngapain gue tanya? Hormat sama dia apa bisa nyembuhin hati temen gue yang udah hancur gini?!"

"Apa dengan gue mukul kaca tadi belom bisa buat gambaran di otak lo gimana HATI TEMEN GUE sekarang???!!!"

"Cara lo salah."

"Apanya SALAH!?"

"Dia cewek, ga bisa lo nyakitin fisik dia yang kekuatanya ga sebanding sama lu"

"Open your eyes dude?! Lo yang buta. Lawan lo... bukan perempuan kayak dia."

"Kita lagi gak main adu boksing kan? Gue bisa ngapain aja, kalo ada yang nyakitin dia."

"Ya tapi pikir! Lo tuh udah KELEWATAN! Segitu jahatnya lu sampe berani nunjukin tanganlo di mukanya??!" Mark memalingkan mukanya, dan mendecih

"How fuckin this guy."

"Stop. Berhenti. Cepet. Lo ikut gue"

"Kangmiinnnn!"

"-Atau lu mau gue pingsan disini gara gara ngeliat lo berdua?!"

"Ohh, gue bisa. Kalo lo mau"

"Ga." Emosi Daniel berhasil aku tahan, sementara itu aku pun berputar dan meminta maaf kepada semua siswa  yang hadir disana.

"Maaf bikin ribut, maaf banget. Semuanya tolong balik ke kelas kalian.."

"Dan, lu tunggu di depan kelas gue"

"Ga-"

"Bacot. Cepetan ga!?"

"Tunggu gue disana." Dinginku kearahnya.

Kang Daniel akhirnya pergi. Setelah melayangkan lirikan tajam terskhir kepada Hyewoon yang masih dalam perlindungan Mark itu.

Aku yang masih merasa kesal dengan kejadian ini hanya bisa diam sambil merapihkan kepingan kaca jendela yang berserakan di lantai itu, dengan tangan kosongku.

Dilihat tindakan Mina di depanya itu membuat Mark cepat menahan tanganya.

"Na itu beling jangan-"

"Ngapain si! Lepasin!" Aku lepaskan sentuhan tangan Mark dengan kasar.

"Bisa kan lu urusin urusan lo.?" Mina menatap wajah Mark dingin. Lalu ia membiarkan perempuan itu dengan hal yang memang diurusinya.

"Mark, lu gapapa kan?? Aduh aduh.. asli lo ga kenapa napa kan??!!"
Pekik Hyewoon sangat khawatir tentang kondisi mantanya.

Mark di ikuti Hyewoon di belakangnya segera pergi meninggalkan lokasi kejadian.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TO BE CONTINUE

DON'T FORGET TO VOTE

NEXT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen3h.Co