Truyen3h.Co

Standstill

☁☁☁

"Lo harus tampil baik-baik aja. Supaya mereka yang berusaha menjatuhkan lo itu tau, kalo lo nggak gampang dijatuhkan."

☁☁☁


Lucas membuka pintu masuk dan berjalan lunglai menuju dapur. Tepat sekali ia melihat Yeri yang sedang minum disana, di depan lemari pendingin. Lucas mendekat, namun juga berhati-hati dengan menjaga jarak.

Baru kali ini Lucas merasa ragu untuk berbicara kepada Yeri, sedangkan cewek itu hanya menunduk saja sambil menggigit bibir bawahnya.

"Gue kangen sama lo, Yer."

Yeri mendongak terlihat kaget kearah Lucas. Lalu saat cowok itu menatapnya balik, buru-buru ia kembali menunduk.

Lucas tersenyum miris menganggap Yeri memang masih marah padanya sampai gadis kesayangannya ini tidak mau menatapnya lagi. Lucas maju perlahan. Tangannya menjulur mengambil jemari Yeri yang terkepal erat. Lalu sedikit memijitnya agar cewek ini bisa sedikit rileks. Tidak ada penolakan membuat Lucas semakin berani menggenggamnya erat.

"Gue seharusnya ngelindungin lo, Yer. Gue seharusnya tau tentang lo yang dibully. Maafin gue, Yer. Maaf." permintaan maaf Lucas membuat Yeri tercekat, matanya berkaca-kaca.

Lucas tidak seharusnya meminta maaf dan merasa bersalah seperti ini. Pembullyan yang ia terima itu bukan salah Lucas sepenuhnya. Mungkin ia terlalu jutek dan sinis menatap orang. Mungkin gaya bicaranya juga salah, sehingga banyak yang tidak menyukainya. Mungkin ia yang terlalu dekat dengan Lucas yang banyak pengagumnya ini hanya dijadikan alasan saja. Padahal aslinya mereka memang membencinya. Mungkin memang sudah takdir hidupnya di benci seperti ini.

Bahkan oleh ayahnya sendiri.

Ah, pikiran Yeri berubah menjadi rumit. Ia memejamkan matanya dan setetes airmatanya jatuh.

"Gue capek, Kas." lirih Yeri. "Sumpah, gue capek." perlahan tangis Yeri mengencang, membuat Lucas sedikit panik.

Lucas mengambil langkah lagi. Mendekatkan dirinya kepada Yeri dan memeluk erat cewek itu. Membiarkan Yeri menangis puas didadanya. Ia mengelus kepala Yeri lembut berusaha menenangkan sementara Yeri semakin jatuh dalam kesedihan. Ia meraung karena rasa bersalah kepada Lucas menyesakkan dadanya.

Cuma Lucas yang selalu bersedia menjadi tempatnya bersandar lalu ia akan selalu menjadi wanita penyihir jahat yang selalu menghancurkan hati cowok itu.

"Kas, lo terlalu baik."

☁☁☁

Hujan deras akhir-akhir ini seakan menambah mood Yeri semakin menurun. Apalagi jika turunnya saat masih pagi seperti ini. Ia berjalan dengan lunglai sambil merapatkan jaketnya saat angin bertiup kencang. Yeri mencebik kesal. Merasa tidak seharusnya ia kembali masuk sekolah hari ini.

"Masih galau?" Yeri menoleh kaget dan melihat Mark mensejajarkan langkah untuk berjalan bersamanya.

"Apa sih?" Yeri mengelak.

"Yelah, Yer. Gloomy mulu, cukup cuaca aja kali." ucap Mark. "Kasian sama Lucas dong, Yer. Dia sampe nggak ada semangat hidupnya gitu." lanjut cowok ini. Ia sungguh prihatin melihat keadaan dua orang ini yang sama-sama kacau.

Yeri tidak bisa merespon ucapan Mark.

"Gue seneng lo mau masuk hari ini." Mark tersenyum, ia menepuk bahu sahabat dari Mina ini. "Lo tau kan, kalo gue dan Mina bakalan selalu jadi temen lo? Mungkin lo bisa ragu sama gue, Yer. Tapi jangan raguin Mina sebagai sahabat." Mark berucap.

Keduanya lalu berjalan bersama dengan saling diam. Ucapan Mark membuatnya teringat bahwa ada Mina yang selalu menjadi temannya dan tempatnya bercerita sejak pertama kali ia bersekolah disini. Mina yang selalu tahan berteman dengannya. Ia selalu meyakinkan diri sendiri bahwa tidak apa-apa jika ia tidak punya teman dikelas asal Mina tetap mau menjadi temannya.

"Lo bener, Mark. Gue mau ketemu Mina dulu." balas Yeri.

"Ya harus. Dia dikelas kok."

Entah sadar atau tidak, Yeri mempercepat langkahnya. Mark mengikuti sambil tersenyum geli.

"Yeri." panggil Mark ketika Yeri seperti ingin berlari cepat. Ia melanjutkan ucapannya saat Yeri berbalik menatapnya."Lo harus tampil baik-baik aja. Supaya mereka yang berusaha menjatuhkan lo itu tau, kalo lo nggak gampang dijatuhkan."

Yeri memasang wajah bingung, namun selang berapa detik kemudian ia tersenyum tipis kepada Mark lalu mengangguk dan lanjut berlari.

"Ah, persahabatan cewek emang rumit." ia geleng-geleng kepala.

☁☁☁

"YERIIIII...." teriak Mina dengan senang berlari menyambut Yeri yang walau masih didepan pintu. "Akhirnya lo masuk juga..." Mina memeluk Yeri erat.

"Astaga. Astaga. Gue kangen... Kok lo ngos-ngosan gitu?"

"Hehehe. Gue abis lari..."

"Ngapain lari-lari sih?"

"Kangen, sama lo." ujaran Yeri membuat Mina tertawa.

"Udah masuk, Yer?" tanya Jihoon yang baru melewati pintu.

Mina mengeratkan pelukannya pada Yeri. "Iya! Jangan diganggu."

"Ngapain ganggu, njirr..." desah Jihoon. "Gue cuma ingetin tugas kita banyak sebelum uts minggu besok. Duh, nasib wakil ya gini nih." Jihoon mengusap wajah lelahnya lalu membanting tas ke mejanya dan tubuhnya kekursi.

"Tzuyu dah dateng?" tanya Jihoon lagi.

"Lo liat dia ada nggak?"

"Oh iya. Hahahaha."

Yeri melihat Mina dengan wajah bingung melihat tawa sumbang dari Jihoon.

"Maklum ya, Yer. Wakil kita ini lagi galau sama ketua, jadi gini deh."

"Bacot, Min."

"Ya kenyataannya gitu ya, pak wakil." sanggah Mina.

Yeri terkekeh pelan. Dan itu membuat Jihoon menatapnya kaget. "Dih, bisa ketawa juga?"

"E-emang kenapa?" Yeri canggung lagi.

"Nggak papa. Gitu dong, banyak-banyakin ketawanya." ujar Jihoon membuat Mina mencibir dan Yeri tersenyum geli.

"Inget. Ketua. Pak. Wakil."

☁☁☁

"Emang cocok, Min?" tanya Yeri memperlihatkan tampilan barunya.

"Cantik banget, Yer." pujian Mina terdengar tulus karena itu kenyataannya.

Yeri memotong rambutnya menjadi pendek dan hanya sedikit melewati bahu, membuatnya menjadi lebih fresh dan tentu jadi makin cantik. Padahal tadi saat melihat beberapa model berpotongan rambut sama seperti ini, Yeri tidak sengaja menyeletuk bahwa ia ingin memotong rambutnya. Tapi Mina sudah jadi kelewat semangat dan membuatnya terbujuk untuk memotong rambut.

Sementara Mina hanya merapikan rambutnya saja. Ingin sih di potong seperti Yeri, namun ia tidak yakin dengan pipi bulatnya ini.

"Beneran cocok?"

"Iya, Yeri sayang. Cantik kok. Gue yakin Lucas pasti suka..." merasa salah bicara, Mina meringis dan melanjutkan. "Okay, my bad. Sorry."

"Nih duit gue." Mina mengeluarkan sejumlah uang sesuai dengan biaya salonnya dan memberikannya pada Yeri yang tadi membayarkannya dengan kartu debit milik cewek yang baru saja berambut pendek ini.

"Nggak usah, Min." Yeri menolaknya. "Kita abisin aja, semua duit yang ada dikartu ini, Min. Seloo aja." ucap Yeri sambil menunjukkan kartu debit yang berisi uang kiriman dari sang ayah. Jumlahnya fantastis! Karena jumlah kirimannya yang banyak dan juga memang jarang Yeri gunakan.

Mina menggeleng tak setuju. "Galau boleh, jangan sampe gila tapi." Mina menaruh uangnya ditangan Yeri. "Dan jangan sampe duit ini ada ditas gue lagi ya!"

Yeri tertawa mendengar ucapan Mina. "Hari ini Mina and Yeri day pokoknya." seru Yeri senang dan berjalan semangat keluar salon.

"Ke mall?"

"Kuy."

Mina dan Yeri membuat Girls Day Out hari ini. Mereka berjalan mengelilingi mall dan berbelanja sepuasnya. Keduanya kompak bergantian ingin berfoto bersama. Mengabadikan hari ini lewat photo box atau tertawa bahagia lewat snap instagram mereka.

Dan yang paling membahagiakan keduanya juga makan makanan mahal dan lezat. Mina tidak peduli lagi jika hari ini akan program dietnya akan gagal. Begitupun Yeri yang bahkan berkali-kali melahap ice cream dihadapannya. Sudah mangkok yang kelima dan ia ingin tambah lagi.

"Lo tau. Dulu gue pernah dibully karena gemuk?" ucap Mina sambil memotong beef steaknya. "Dan itu bikin gue nggak pernah percaya diri. Selalu ngurangin porsi makan, olahraga, padahal lo tau sendiri kan kalo gue males olahraga. Dan ngelakuin diet ketat."

Yeri menganggukkan kepalanya, "Iya, tau."

"Hah! Gara-gara mulut sialan mereka gue berubah jadi orang lain. Ugh, gila gue selama ini menyia-nyiakan makanan seenak ini." curhat Mina. Wajahnya berseri saat menyuapkan sesendok demi sesendok makanan yang ada dihadapannya. Ia mengunyah dan menelan makanan yang ada dimulutnya lalu meminum ice choco creamnya. Ia menatap Yeri yang sedang menikmati ice creamnya itu.

"Gue harap lo nggak kayak gue, Yer. Jangan berubah cuma gara-gara lo dibully mulut-mulut nggak bertanggung jawab mereka. Tapi berubah karena lo yakin kalo lo berubah demi hal positif yang buat lo jadi manusia yang lebih baik lagi."

Yeri terharu dan ingin menangis lagi. Tapi ia harus menahannya, Mina akan kesulitan mendiamkan Yeri seperti tadi saat Yeri menceritakan kegalauannya. Dan tersenyum manis pada Mina yang terkadang kedewasaan Mina ini yang sangat ingin Yeri miliki.

"Lo harus kuat, Yer. Lo harus keliatan baik-baik aja..."

"Supaya mereka tau gue nggak gampang dijatuhin?" sahut Yeri sebelum Mina selesai bicara.

"Darimana lo tau?"

"Tadi pagi, Mark bilang kayak gitu ke gue." ucap Yeri dengan senyum menggoda. "Ciyeeee..."

"Hah, emang susah jadi Mina." keluh cewek ini sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

"Makasih ya, Min."

"Sama-sama. Jangan galau lagi oke?" Yeri mengangguk "Yaudah, abis ini mau kemana lagi?" tanya Mina.

"Nonton? Ada film horor keluaran terbaru."

"Oh, yang mantan mermaid itu kan yang main."

Yeri mengangguk semangat.

"Oke sip. Kita tonton itu."

☁☁☁

Mina dan Yeri tidak bisa duduk dengan tenang selama film berlangsung. Sering kali mereka ditegor karena berteriak kencang. Apalagi Yeri yang sepertinya total sekali meneriakkan ketakutannya.

Tapi akhirnya mereka malah menertawakan diri mereka sendiri atas apa yang mereka lakukan. Sampai film itu berakhir dan mereka berjalan keluar dari bioskop.

"Gila. Gila. Gila." umpat Mina. "Horor banget nggak sih? Aduh setannya masih kebayang-bayang nih." Mina mengusap-usap matanya berharap ingatan seram itu hilang.

"Iya. Serem banget, Min." balas Yeri. Tadinya ia tersenyum tapi tak lama senyumnya memudar berganti dengan wajah suram dengan air matanya keluar dan menetes dengan derasnya.

"Yeri. Kok nangis?" tanya Mina panik dan juga heran melihat sahabatnya ini menangis. Padahal tadi didalam baik-baik aja kok. Dan masa menonton film horor malah nangis sedih kayak nonton drama.

Tanpa sengaja Mina mengikuti arah pandang Yeri dan menemukan hal yang mungkin inilah sebabnya mengapa Yeri menangis.

Lucas dan Chaeyeon tertawa bahagia disana.

"Yeri." Mina tak tau apa yang mau ia ucapkan, jadi ia hanya mengusap pelan bahu Yeri.

Kenapa rasanya bisa sesakit ini melihat Lucas tertawa dan itu bukan bersamanya?



Tbc

Kurang ngefeel ya?

Apa pendapat kalian? 😊😊😊
Gue siap di komen hehehehe

Apa kalian udah lupa ya sama cerita ini? Wakakakaka

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen3h.Co